Skip to main content

Belajar Cinta

Mereka ajarkan padaku, mencintai itu sederhana. Mereka katakan padaku, mencintai itu tidak boleh melukai. Tidak melukai dirimu, tidak melukai Allah, pun tidak melukai orang yang kau cintai. Tidak melukai perasaan, fisik, mental, ruhiyah dan menganggu kemesraan dengan Allah.
Mereka bilang, cintaku pada orangtuaku ialah dengan tidak menyeret mereka untuk bertanggung jawab atas tingkah nakalku yang tidak Dia sukai. Tidak mengecewakan keduanya, tidak menghilangkan kebanggaanya padaku saat hari perhitunganNya.
Mereka bilang, mencintai saudariku itu dengan tidak membiarkan mereka senang dengan perbuatan yang tidak disukaiNya. Membiarkan mereka berleha dengan waktu, sementara aku sibuk memperbaiki diri.
Mereka bilang, mencintai orang pilihanku itu dengan tidak mengajak ia merasakan panasnya api di keabadian karena tingkahku. Tidak pula melukai keluhuran budinya dimana darisanalah muncul rasa kagum yang bersemayam di sanubari. Tidak pula menggores noda dalam kemesraan denganNya.
Mereka mengajarkan padaku bahwa cinta tulus itu, ketika aku menghadirkan orang yang aku cintai dalam setiap sujud panjangku, dalam terangkatnya tanganku saat merajuk cintaNya, tanpa mereka harus tahu bahwa aku menyisipkan nama-nama mereka saat aku berbicara denganNya.
Aku kembali bertanya pada diriku, sudahkah? Sudahkah aku mengikuti apa yang mereka ajarkan padaku? Sudahkah aku mampu menjaga cintaku dengan baik untuk mereka, untuk mereka agar kelak aku bisa berkumpul bersama mereka di taman keabadian?
Rabb, sudahkah aku...?


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

_Sapardi Djoko Damono_

Comments