Bismillah…
Kepada:
Allah yang tak pernah habis lautan cintaNya.
Rabb… aku malu walau hanya meminta setetes cintaMu yang mampu menyejukkanku
Karena, tanpa aku meminta Kau telah memberiku lautan cinta dan nikmat yang tak pernah surut…
Rabb, Kau tau apa yang terjadi dalam hati ini dan hatinya.
Jika Engkau mengkhendaki kami, niscaya itu akan menjadi kebahagiaan bagi kami.
Namun seberapa lama
kebahagiaan itu akan bertahan ? seberapa banyak kami akan bisa bersyukur
atas kebersamaan ini ? sampai usia kami tertutup? Atau hanya saat itu,
saat ambisi telah direngkuh ? ambisi yang telah membuat kami melupakan
cinta pada Rabbnya.
Cinta yang selama ini
dirasakan, diimpikan dan dirindukan terkikis oleh waktu yang
menghilangkan pesona keindahan dzahir. Lantas semuanya akan berlalu
begitu saja ?
Jika Engkau tak menyatukan kami, dan mempertemukan kami dengan pasangan lain.
Rabb, tentulah akan ada dua orang lain yang terluka karena perbuatan kami ini.
Mampukah aku menatap
wajah mujahid sejatiku ? atau hanya mampu menunduk saat dia menatapku
dengan penuh cinta ? malu, malu, malu. Pastilah diri ini akan sangat
malu untuk menatapnya. Jikalau aku balas menatapnya, tentulah akan
menjadi tatapan kosong tak bermakna yang akan melukainya. Atau dia akan
menemukan dalam tatapanku segala kebohongan isi hatiku, dan cinta untuk
laki-laki lain.
Haruskah tatapan suci yang selama ini dia simpan hanya untukku, kubalas dengan pengkhianatan tersembunyi ?
Baginya, pasti ada
hati seorang gadis yang terlukai karenanya. Mungkinkah gadis itu takkan
terluka ? ketika dia tahu bahwa dihati suaminya yang terukir bukan
namanya, tapi nama wanita lain. Cinta suci yang telah
dipersiapkan bidadari itu untuknya, haruskah dia balas dengan kepahitan?
Mampukah dia mengusap airmata yang menetes dipipi istrinya dengan kedua
tangannya sendiri ? air mata yang dialah sebagai penyebabnya? disaat
tangannya itu telah dia rindui untuk memnghapus air mata dari wanita
lain yang tak ditaqdirkan untuk mendampinginya ? mampukah dia menatap
mata bidadari polos itu ? disaat matanya telah ia gunakan untuk menatap
wanita lain yang dirindukan sebagai penyejuk hatinya, yang justru kini
menjadi penyejuk hati laki-laki lain ?
Rabb, cinta memang tak pernah salah. Bukan juga karena kami memulainya terlalu cepat sebelum waktunya. Hanya saja kami tak pandai mengontrolnya. Tak
mampu membendungnya, dan ternodai oleh nafsu yang memperdaya kami.
Rabb, hanya cinta dan pengampunan yang kami rindukan padaMu saat ini.
Agar kelak, saat kami bersama, cintaMu akan
semakin mengokohkan cinta kami sehingga semakin lama waktu bergulir
cinta kami semakin kuat.
Adapun saat kau memilihkan yang lain untuk
mendampingi sisa hidup kami, maka kami tidak akan melukai pasangan kami.
Takkan ada rasa malu dan kemunafikan saat membalas tatapan mata itu…
Rabb, mungkin jalan ini tak mudah untuk kami lalui, tapi kami yakin bersamaMu jalan ini akan mampu kami lalui…
Karena kami hanya merindukan cintaMu, cintaMu yang tak boleh ternodai oleh nafsu yang membara…
Comments
Post a Comment