Bismillah…
Sahabat sudah
berapa kalikah kita mendapat teguran secara halus maupun terang-terangan yang
intinya “Kok akhlak gak sesuai dengan penampilan ya?”. Atau “Kok kelakuannya
gak menggambarkan kostumnya sih.” dan macam-macam lainnya. Terus karena kita
tidak terima dengan kritik itu muncullah pembelaan, “haduh please deh, don’t
judge the book by the cover.” Atau “Lha kan namanya juga manusia, wajar kan
buat salah. Namanya juga lagi berproses.”
Terus setelah
ngomong gitu nggak ada follow up dari kita, nggak ada usaha untuk
memperbaikinya. Masih hanyut dan nyaman dengan kondisi seperti itu. Lantas
waktu ada orang yang mengucapkan hal yang serupa maka muncul lagi pembelaan
yang sama. Lho ?? terus dimana prosesnya dong kalo gitu-gitu
terus ?
Nah kalo gini
ceritanya secara tidak langsung apa yang sebenarnya dalam pikiran kita dong,
apa yang diharapkan jiwa kita dong ? menjadi manusia baik ? menjadi
orang shalih atau shalihah ? hm… yuk ah mari kita jujur kedalam hati yang
terdalam, kita mengaku pada diri sendiri (gak perlu ngaku ke orang lain, ngaku
juga gak penting kalo cuma ingin dapet simpati hehehe). Sudah dapat
jawabannya ? yup benar ! tepat sekali ! kalo kita terus-terusan
begitu kita bukan ingin menjadi orang yang lebih baik dengan memperbaiki diri,
tapi kita ingin menjadi orang yang dianggap baik oleh semua orang, kita ingin
disebut sebagai orang shalih/ah.
Kita sering
sekali dengar pernyataan bahwa “Kita jadikan kritik sebagai hal yang membangun.”
Benar sekali pernyataan itu, atau “biarpun kritik itu menyakitkan pahit, tapi
ini demi kebaikan.” Lha perntayaan ini lebih tepat gak ada yang salah. Terus
yang salah sebelah mana? Sebelah mana ya?? *tengok kanan kiri*
Kenyataannya
bahwa kita sering sakit hati dengan kritik yang kita dengar. Kita merasa
terhempas dan terhina dengan kritikan itu. Hohoho... padahal tak ada yang mampu
menghinakan atau memuliakan seseorang kecuali Allah SWT. Lantas? Ya seperti
yang telah saya jelaskan diatas, kalau kita masih sakit hati, masih sedih saat
orang mengkritik atau menghina dan lain sebagainya, berarti kita masih berharap
pujian orang, masih “gila pujian”. Padahal pujian tidak akan pernah berpengaruh
terhadap kehidupan seseorang. Tidak akan membuat yang miskin menjadi kaya,
tidak akan membuat yang jelek menjadi cakep, dan yang jelas tidak akan pernah
membuat orang menjadi mulia di sisi Allah maupun di mata manusia sekalipun.
Demikian dengan
cacian, hal itu juga tidak akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Akan
tetapi bagi orang-orang yang tertentu, maksudnya adalah orang-orang yang
menjadikan cacian atau kritik sebagai bahan pembelajaran dari kesalahannya
untuk lebih baik lagi, maka hal itu akan membuat dirinya menjadi insan yang
lebih baik lagi.
Marilah kawan,
kita jadikan kritik sebagai bahan perbaikan bagi diri kita.
Yuk teman,
berani gak bilang, “Cacian, kritik, ejekan?? Siapa takut!!!”
Comments
Post a Comment