Skip to main content

Posts

Showing posts from 2012

Paris

Senja telah turun memeluk kota Paris, saat aku langkahkan kakiku ke arah sungai Seine. Seine hanya tinggal beberapa meter dari hadapanku. Semakin dekat aku menemukan siluet tubuhnya yang tinggi membelakangiku. Ia benamkan kedua tangannya dalam saku jaket, pandangannya terpaku melucuti keindahan sungai itu. Aku telah berdiri di belakangnya dalam hitungan detik aku menepuk bahunya dengan setengah menjijitkan kakiku. Aidan tampak terperanjat. Ia segera memutar tubuhnya. “Saila, kau membuatku terkejut.” Ia tampak gemas padaku. “Maaf sedikit terlambat.” Ujarku tanpa rasa bersalah karena telah membuatnya menunggu lima belas menit dari waktu yang dijanjikan. Tiga jam yang lalu, ia menelpon memintaku menemuinya di tempat ini, setelah tiga hari ini kami menginap di hotel. Ia harus bergabung dengan timnya untuk pertandingan kemarin. Sedangkan, aku harus menginap di hotel berbeda dan tidak sedikitpun kami memiliki kesempatan untuk jalan-jalan hanya sekedar menghirup keromantisan kota ini

[Barcelona II] Beach of Love

“Seluna, You’ve gone.” Pandangan gadis kecil itu memaku pada seekor kelinci putih yang terkapar di pinggir jalan. Bulunya tak lagi seputih kapas, noda merah kini lebih mendominasi tubuhnya oleh darah yang terus mengalir dari lehernya yang terluka. Beberapa menit yang lalu seekor kucing abu-abu mencengkram lehernya dan membawanya lari, hanya beberapa detik setelah gadis kecil itu meninggalkannya masuk rumah untuk mengambilkan seikat sayuran untuknya. Jerit nyaring kelinci itu cukup menyadarkan pemiliknya dan mengisyaratkan bahwa dirinya dalam bahaya dari seekor kucing yang sedari tadi mengendap-endap mencari waktu yang tepat untuk menerkamnya. Gadis itu segera berlari keluar rumah, dilihatnya kucing itu membawa lari tubuh kecil kelinci itu di mulutnya, persis seperti kucing itu mencengkram tikus-tikus menjijikan dengan taringnya. Gadis itu berlari mengejarnya, kerikil-kerikil berhamburan ke arah kucing itu dari tangan-tangannya yang penuh emosi. Kucing itu melepaskan dan mencampa

Barcelona

14 Oktober Setelah semua barang-barang yang ku perlukan terkemas rapi dalam koperku. Aku kembali memeriksa kelengkapan dokumen perjalananku. Passport, visa dan semuanya telah tersimpan rapih di handbag . Ku pandangi seisi kamarku, melucuti setiap barang yang berada disana sekiranya ada barang yang bisa tertinggal. Sebuah MP4 hitam masih tergeletak di atas meja belajarku. Aku segera meraihnya dan ku masukkan ke dalam tas tangan putihku. “Saila... kau telah siap?” ku dengar suaranya memanggil dari luar kamarku. Aku mengangguk. “Ya.” Sahutku saat ku sadari ia tak bisa melihat anggukanku. Ia membuka pintu kamarku dan menunjukkan dua tiket di tangannya. “Pesawat kita berangkat pukul empat nanti. Biar aku yang menyimpan ini.” ujarnya padaku. Aku mengangguk setuju. Ia memasukkan tiket-tiket itu ke dalam dailypack nya. Dengan satu gerakan ia telah menurunkan koperku dari tempat tidurku, membawanya keluar dan mengemas dengan rapi bersama barang-barang bawaan lainnya di bagasi taksi

Kekosongan

Cerpen Hujan #2 (Sekuel: Biarkan Luka ini Hanyut Dalam Deras Hujan) Awan hitam menggantung di langit kotaku cukup lama, sampai akhirnya menurunkan jarum-jarum beningnya menderas. Aku berlari dan segera memburu emper toko sebagai tempatku berteduh. Aku segera menghapus tetesan air di hardcover ungu yang melapisi ratusan lembar kertas hvs. Jaket hitam yang biasa ku persiapkan sebelum hujan tak bersamaku, pagi tadi kakak perempuanku meminjamnya dan aku tak menduga jika hujan akan datang hari ini. Ku rapatkan tubuhku ke dinding toko menghindar dari tetesan air yang memburu tubuhku yang mulai basah, meski tidak kuyup. Ku peluk rapat tiga bundle kertas yang berjilid ungu itu dalam dadaku, berharap tetesan hujan tak sampai menyentuhnya. Hujan turun begitu derasnya menurunkan ribuan kubik airnya, seolah ia ingin menumpahkan semua pasukannya yang bersisa di langit. Hei, benarkah kau sedang marah padaku? " Lebet heula atuh neng? " panggil ibu pemilik toko itu. Seketika aku menoleh

Sebait Doa Kecil

Malam belum begitu larut saat aku dan ibu duduk membisu di ruang tengah. Kebisingan datang dari televisi kami yang menyiarkan acara yang ibu sukai, sebuah sinetron yang entah akan dibawa kemana ujungnya. Namun kali ini ibu malah sibuk melipat baju-baju baru yang beliau dapatkan dari putri ketiganya. Aku menghela nafas perlahan. "Tahun ini aku masih mendapat jatah baju baru dari kakak. Malah ibu pun turut membelikan." Ujarku. Ku lempar sebuah senyum padanya. "Tahun depan giliran aku membelikan baju untuk para keponakanku." tambahku dengan tawa cekikikan kecil seperti biasanya. Aku menanti... Biasanya sebuah do'a akan meluncur untukku sesuai pernyataan yang aku ujarkan. Aku berharap ibu mendoakanku agar aku segera mendapatkan pekerjaan ditempat yang terbaik.

Bahagia pun...

Ku lihat Hilya wajahnya tampak kuyu, duduk di samping jendela. "Kenapa dek? Kusut sekali..." "Semalem tidurku kurang nyenyak." Jawabnya sambil menguap. "Lho kenapa? bukannya proposal skripsimu sudah di acc?" "Benar mbak, ternyata terlalu bahagia juga bisa bikin tidur nggak nyenyak..." Glekk...

My Little Girl

Gadis kecil itu bukan darah daging Ia, tapi darah yang mengalir dalam tubuh kami nyaris sama. Gadis kecil ini memang tidak lahir dari rahim Ia, tapi Ia menyayanginya lebih dari anak-anak yang lain. Ia memperlakukannya seperti putri ia sendiri, meski ia belum pernah tahu dan merasakan bagaimana memiliki seorang anak. Gadis itu adalah keponakan bungsu (sementara) di keluarga ia. Namanya Retanatta El Syahidan. Sejak dia berumur enam bulan, ia sudah belajar memandikannya, menyuapinya bahkan meninabobokannya. Sejak bayi atta dititipkan kedua orang tuanya yang bekerja, di rumah ibu. Saat itu ia langsung terpikir memanfaatkannya untuk latihan parenting , latihan merawat bayi. Eh, yang terjadi Atta berhasil menghipnotisku, membuatku mencintainya.

Kepribadian Imam di Violet

[Just fun...!!] Hm... sob, tahu kan tentang empat kepribadian yang dicetuskan Hypocrates, kemudian dikembangkan oleh muridnya Gelenus, dan dipopulerkan oleh Florent Littaueur? Yups, itu lho yang Melankolis, Phegmatis, Sanguinis dan Koleris. Nah kalo belum tahu deskripsi jenis-jenis yang ia sebutkan diatas, search aja deh di mbah google, Insya Allah ada hehehe. Biasanya kalo anak-anak K-**nk tahu tuh, (bisikan dari seorang saudari hehe). Dulu, ia suka banget tentang teori itu, utamanya untuk mengenal orang yang baru ia kenal, tapi sebenarnya ia sendiri nggak mau ngelabeli diri ia dengan istilah itu. Bagi ia, setiap individu itu bisa menyeimbangkan empat karakter itu dalam dirinya, meski pembagiannya tidak sama rata. (boleh kan kalo ia berpendapat itu?? boleh ajalah ya... xixixi). Nah, terus? sekarang mau apa? Rencananya sih, ia lagi pengen nyoba menganalisis kepribadian orang dari cara mengimami sholat khususnya di kosan ia yang damai, tentram dan membahagiakan ini. Lha? bukannya

Percaya deh...

"Karena ini sudah darurat, Mbak pikir nggak apa-apa dek menghubunginya supaya semuanya jelas." Ujar Mbak Hanna menggebu-gebu. "Apa iya nggak apa-apa mbak?" tanyaku ragu. "Nggak usahlah mbak, malu-maluin mbak." "Nggak apa-apa dek. Percaya deh sama Mbak..." Ujar beliau lagi mantap diraih handphonenya yang beliau letakkan di atas rak bukunya. "Nggak usahlah mbak." bujukku. Ku tarik lengan gamis cokelatnya. Kali ini Mbak Hanna tak menggubrisnya, segera dibuka daftar nama di phonebook nya. Setelah beliau menemukan satu nama tak ragunya ditekan tombol "ok". Aku pasrah. Sedetik dua detik mbak Hanna menunggu panggilan masuk. Tak berapa lama sebuah suara terdengar, "Maaf, pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini. Silakan lakukan pengisian ulang." Glekk...

Gelap, Sunyi, dan Seberkas Cahaya

“ ...dan yang terpenting adalah hindari kebiasaan 3M kita, mengeluh, menyalahkan orang lain dan mencari pembenaran.” Potongan paragraf dari artikel sebuah situs Islami yang sedang aku baca. Aku tengah asyik berselancar di opera mini dengan si orchid, hape mungilku ketika kakak sulungku memanggilku. “Qis...” panggil bang Syamil. Aku menoleh ke arahnya yang kini sudah mahir menyetir jarak jauh, PP Bandung-Cirebon tanpa menginap di tempat tujuan. Bang Syamil melirik ke arahku sekilas lewat kaca spion kemudian ia melirik Mbak Hanna -yang duduk di jok depan di sampingnya tengah tertidur pulas- untuk memastikan istrinya yang baru ia nikahi sebulan itu benar-benar nyaman di tempatnya. “Ya Bang?” tanyaku. Ku letakkan handphone yang ku gunakan untuk internetan selama perjalanan dari Cirebon hingga kini mobil kami membelah jalanan Sumedang. “Adikmu kenapa tuh? Lagi ada masalah? sedari tadi ngelamun terus liatin jalanan.” Bang Syamil terkekeh, mata elangnya kembali tertumbu di spion ten

Sepotong Takdir

Waktu seolah membentang jarak Segala tanya berkecamuk di benak Akankah segala harap mungkin terwujud? Sedang gemericik rerindu gigil menusuk Cinta, bawalah sayap-sayapmu kemari Terbanglah dalam pelukan kasihNya Hanyutlah dalam mahabbah padaNya Tenangkan jiwa atas kehendakNya                                                                                                                     Ah... nyatanya kekhawatiranku omong kosong belaka Nyatanya Dia telah menggoreskan takdirNya untukmu Serupa merpati, pada sangkar yang mana ia harus pulang Begitulah hati, ia selalu tahu kemana ia harus berlabuh Hari ini pun menjadi bukti, Allah dan malaikat pun menjadi saksi Setiap insan mengamini Inilah persembahan cintaku... *Special Poem to my brotha, bang iduR dan my little sista, Neng Mel Barakallah... :) 07072012

Kedewasaan

Pagi memendar dingin yang menusuk. Ku rapatkan jaket merah hitamku, duduk di antara puluhan santri yang telah berkumpul menghadap seorang guru besar yang terduduk di depan kelas. Ku lirik jam logam yang melingkar di lengan kiriku menunjukkan pukul 5. 40. Waktu yang paling nikmat untuk tidur kembali selepas shalat shubuh dengan udara yang menghembus, merayu. "Ada yang mau ditanyakan?" ucap sang guruku tegas. Aku masih tertunduk memainkan pulpen dengan ujung jariku. Berpikir, mengaduk-aduk isi otakku untuk mencari perkara yang bisa aku ungkap. "Pak ustadz, apa yang membuat orang bisa menjadi berpikir dewasa dan bijak?" tanya seorang ikhwan di ujung sudut kiri. Pertanyaan menyentakku. Aku mengangkat kepalaku. Sekilas ku lirik ikhwan itu lalu ku alihkan pandanganku pada guruku.

Dandelion

Mentari semakin merunduk di ufuk barat, sisa cahayanya masih menelusup di Jendela Masjid. Shalat Ashar berjamaah yang diimami Ust. Dadan hampir berlalu satu jam yang lalu. Meski demikian seperti biasanya masjid ini selalu ramai oleh jamaah. Beberapa orang sedang shalat ashar, mungkin mereka masih memiliki urusan saat adzan berkumandang, beberapa orang sedang tilawah, dan tak jarang pula yang sedang melafalkan al ma’tsurat sore. Aku baru saja menyelesaikan do’a rabithah dalam al ma’tsuratku, ketika Hilya yang duduk di sampingku dengan penuh semangat tengah menyelami muraja’ah hafalan juz 30-nya di surat An Nazi’at. Aku memperhatikannya dengan seksama. Ia meniti tiap makharijul huruf dan tajwidnya dengan hati-hati. Wajahnya terlihat tenang dan bening seperti permata. Tak heran jika orangtua kami menyematkan nama itu baginya. “Fa’amma man khafa maa khooma rabbihi wannahannafsa ‘anil hawaa...” lirihnya. “Wa’ama man khafa maa khooma rabbihi wa nahannafsa ‘anil hawaa...” aku mengoreks

Software Shalehah

"Aku ingin shalehah." Ujarnya.Aku menatapnya sejenak. Seraut wajah serius ditunjukkannya di hadapanku. Hm.. seserius apapun, ekpresi kekanak-kanakannya tak pernah luput dari wajahnya yang imut. "Langsung aja..." jawabku singkat seraya kembali kualihkan pandanganku pada monitor yang telah penuh dengan ribuan kata dari tugas akhirku. Jariku masih meloncat-loncat dari tombol satu ke tombol lainnya diatas keypads yang terbungkus plastik. "Caranya?" tanyanya polos. "Please... tolong dong, installkan software shalehah padaku." lanjutnya merajukku. Sudah ku duga. seberapa lama kau mampu bersikap serius? Meski demikian, setiap keinginan yang dia ajukan tak pernah sedikitpun ku ragukan keseriusannya walau setiap kali dia mengutarakannya dengan kekonyolannya dan tingkah kekanak-kanakannya. "Hm..." aku berpikir sejenak. Menghentikan aktivitasku mengetik tugas akhirku yang harus segera ku selesaikan. Kemudian aku kembali mengetik. Dia turut t

Belajar Cinta

Mereka ajarkan padaku, mencintai itu sederhana. Mereka katakan padaku, mencintai itu tidak boleh melukai. Tidak melukai dirimu, tidak melukai Allah, pun tidak melukai orang yang kau cintai. Tidak melukai perasaan, fisik, mental, ruhiyah dan menganggu kemesraan dengan Allah. Mereka bilang, cintaku pada orangtuaku ialah dengan tidak menyeret mereka untuk bertanggung jawab atas tingkah nakalku yang tidak Dia sukai. Tidak mengecewakan keduanya, tidak menghilangkan kebanggaanya padaku saat hari perhitunganNya. Mereka bilang, mencintai saudariku itu dengan tidak membiarkan mereka senang dengan perbuatan yang tidak disukaiNya. Membiarkan mereka berleha dengan waktu, sementara aku sibuk memperbaiki diri.

Serenade Senja

Benar... Dalam senja, tak hanya jingga yang menawan tapi berhias violet yang mempesona Aku khawatir mengacau tatanan galaksi yang telah terbentuk Di sisi lain, bulan pun datang menertawakan keterguguanku Aku melukis, lantas terburu aku merobeknya. Masih terpasung dalam tanya Lantas kapan waktu kan menjawab? Namun, aku masihlah diriku yang kini, senja pun tak pernah berubah Jingga pun menari disana... Bersama violet menghantar malam Menyerukan derit kesunyian. Bersabarlah, fajar kan datang Mentari kan terbit pada waktunya Lagi, Jingga dan violet pun bersenandung dalam keromantisan pagi Menuju siang yang menggelora Dan aku pun disini, tanpa memutus siklus Menunggu untuk sepotong jawaban dibalik tirai... Fathia Mohaddisa Sudut Malam, 09 Mei 2012

Makanan Khas di Regional Barat Perancis

Nah, yang termasuk regional barat Perancis yang adalah Bretagne, Normandie, Pays de Loire. Bretagne sendiri terkenal dengan pemandangan. Selain itu Bretagne juga merupakan daerah pesisir yang mempunyai banyak pelabuhan ikan seperti Lorient, Douarnenez dan Roscoff. Pertanian dan peternakannya sangat berkembang seperti sayuran dan babi. Bretagne juga merupakan tempat industri autimobil, telekomunikasi, penelitian oceanografi dan pariwisata. Normadie atau Normandia, terkenal dengan pemandangan hutannya, memiliki peternakan yang menghasilkan produk susu dan industri perkebunannya, Pays de Loire, merupakan daerah pesisir dengan dua pelabuhan terkenalnya yaiut Nantes dan saint Nazaire. daerah ini juga menjadi daerah pariwisata karena pantainya yang indah. Makanan Khas: 

Makanan Khas di Regional Barat Daya Perancis

Perancis mempunyai beberapa regional atau daerah. Setiap daerah memiliki ciri khas kulinernya sendiri. Berikut adalah daerah-daerah yang ada di Perancis: Regional Perancis Le Sud-Ouest ( Bagian barat daya Perancis) Bagian barat daya Perancis merupakan satu kelompok dari dua regional, yaitu Aquitaine dan Midi- Pyrénées. Daerah itu merupakan tempat beradanya dua kota yang sudah tak asing lagi bagi kita, Bordeaux yang merupakan kota yang sangat prestisius dan kaya, sedangkan Toulouse disebut sebagai kota "merah jambu", karena bangunan-bangunan disana sebagaian besar dibangun dari batu bata berwarna merah muda. Toulouse sendiri merupakan pusat penelitian teknologi di Eropa.

You and Me are Our Memories

Tahukah kau bahwa bom waktu itu telah meledak ketika aku lengah? Hah? masihkah kau tak mengerti? Ya...ya...ya kau katakan bahwa kita masih punya satu kesempatan untuk bisa bersua. Benarkah? Untuk sekedar menjabat tangan, berpelukan, dan ku ucapkan sepatah kata padamu. Aku tahu bahwa saat itu datang di waktu yang sangat tepat bagiku. Saat kekhwatiran datang menggelembung di benak ini. Nyatanya semua itu tak berarti apapun. Waktu masih berjalan dan kita masih bersama menyusuri rimba kota ini. pada saat itulah aku berada dalam puncak kerapuhanku, saat arah yang harus ku tuju sudah jelas di depan mata, akan tetapi diri masih tertatih dan sulit berdiri, Beringsut aku berdiri di kegelapan dalam papahanmu menuju cahaya yang ku yakini itu adalah tempat yang terbaik. Meniti bait demi bait kepahitan mengubahnya menjadi manis yang begitu manis tak bisa terungkapkan.

Kebiasaan Makan Orang Perancis

Le Petit Déjeuner ( Sarapan ) Sarapan orang Perancis seringkali membuat heran orang-orang bukan orang Perancis dengan kehematannya. Mereka memadukan secara tradisional minuman panas, yang paling sering adalah kopi atau susu dan jarang sekali orang Perancis minum teh di waktu sarapan. Sebagian dari mereka makan roti panggang yang dilapisi mentega atau selai. Anak-anak biasanya sarapan dengan minum coklat dan makan sereal. Hanya enam persen orang Perancis yang tidak sarapan setiap paginya. Untuk mendorong anak-anak agar menyeimbangkan nutrisinya, setiap pagi, beberapa kampanye informasi dilakukan setiap tahunnya di sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Kampanye itu dinamakan "La Semaine du Goût" atau "Pekan Rasa/selera". Pada pekan itu, seseorang mengajukan pada anak-anak beberapa makanan yang tidak boleh dibiasakan untuk dikonsumsi. Le Déjeuner (Makan Siang) 70%   orang Perancis makan hidangan pada tengah hari di rumah mereka. Pada u

Mengurai Kabut

Ia masih terduduk diatas tempat tidurnya, matanya memerah, gelisah menatap setiap rintikan hujan yang lesu dibalik jendelanya. Angin berhembus membekukan aliran darahnya. Wajahnya memucat seperti bulan kesiangan dan tubuhnya serapuh daun yang disapu angin. Bibirnya bergetar meluncurkan ribuan do'a ke langit. Sesekali ia sesegukan menahan berat di dadanya. *** "Beri aku waktu sepuluh menit saja." Lelaki itu memohon padanya. Ia masih diam di tempat duduknya, tanpa menoleh sedikit pun pada lelaki yang duduk di sebelahnya. Jarinya memainkan ujung jilbabnya, sedang tatapannya menatap papan tulis. kosong. "Aku sa... sayang k-kamu, Na. Sangat." Ujar lelaki itu terbata.  Ia masih tenang seperti biasanya sebelum akhirnya ia beranjak dari tempat duduknya. "Apapun reaksimu, setidaknya aku telah mengatakannya padamu dan kau mendengarkannya, kau tahu sekarang." desis pemuda itu. sebelum wanita pujaannya pergi keluar kelas yang sedari tadi bising oleh sis

Sepotong Kue Tart...

“Joyeux Anniversaire...” Seruku. Ku sodorkan ke hadapanmu seloyang kue tart yang berisikan fla jeruk, berlapiskan krim dari mentega putih yang diberi perwarna kuning untuk sudut kuenya, dan jeruk asli yang kulitnya telah ditanggalkan diatasnya, pengganti buah cherry yang pada umumnya menghiasi blackforest. Di muka kue tertulis “Happy Milad saudariku, Hikmah Yusuf” dari mentega putih yang diberi pewarna merah. Diatasnya terdapat dua lilin merah yang berbentuk angka 2 dan 3 yang berarti kini kau berusia 23 tahun, yang tak pernah menyala karena aku mematahkan satu-satunya batang korek api yang aku patahkan karena gugup. “Happy Milad...!” kini beberapa orang yang mengiringiku silih berganti berteriak mengucapkannya padamu. “Berkah umurnya... berkah umurnya... berkah umurnya... serta mulia...” kami semua bernyanyi untukmu. Kau hanya diam membisu dengan helm yang masih bertengger di kepalamu. Entah terkejut, kaget, biasa aja atau apapunlah rasamu, yang jelas kau benar-benar m

Merpati

Tatapannya kosong pada sebuah sangkar kosong yang tergantung pada pohon di belakang rumahnya. Bibirnya diam membisu. Kaki kananya ditopangkan ke kaki kiri, begitu pun dengan tangannya. Dia telah seperti itu sejak satu jam yang lalu. Tidak dengan otaknya, otaknya berpikir keras dan lamunannya berlari kesana kemari. Aku duduk disampingnya, menjejerinya tanpa kata. Ia tetap tak bergeming dengan kedatanganku, meski hanya sekedar ekor matanya yang tergerak. Tatapannya masih terpaku pada sangkar coklat itu. “Kau tahu kenapa sepasang merpatiku tak lagi disana?” akhirnya kata-kata itu datang memecah kesunyian setelah sepuluh menit bergulir sejak aku duduk menyertainya. Aku menggeleng, “Tidak.” Ujarku kaku. “Si betina terbang entah kemana... sedangkan si jantan mati disangkar itu.”  jelasnya datar tanpa ekspresi. “Bukankah sepasang merpati itu...” “Benar, itu hadiahnya.” Dia memotong kalimatku sebelum aku benar-benar menyelesaikannya. Aku mengangguk-angguk.

Cinta itu adalah... bersamamu

Mei 1990 Sepanjang malam bayi perempuan itu menangis, ibunya berusaha meredakan tangisnya dengan berbagai cara, ditimang, disusui, diberi makanan dan apapun yang bisa dilakukan wanita paruh baya itu untuk mendapatkan putri bungsunya meredakan tangisnya. Alhasil hingga shubuh menjelang si bayi masih menjerit-jerit. Rasa lelah dan kantuk telah menguasainya, tapi ketidaknyamanan pada putrinya mengalahkan semua itu. Bahkan sampai suaminya pulang dari masjid bayi itu masih menangis dalam pelukannya. Suaminya segera mengambil bayi itu dari pelukan wanita itu dan membawanya keluar rumah. Sedangkan istrinya segera pergi istirahat setelah semalaman begadang membersamai kerewelan putri kesayangannya itu. Lelaki itu mengajak bayi itu berjalan-jalan diluar rumah. Tangis bayi itu mulai mereda, nafasnya tersengal-sengal terlalu lama menangis.

Aku Fakir akan CintaMu

Rabb, aku fakir akan cintaMu Cinta yang mendekapku dalam kesendirian Cinta yang menjagaku dalam keramaian Cinta yang tak pernah reda meski aku berpaling Rabb, cintaMu sungguh sempurna... Cinta yang mengangkat beban yang terpikul diatas bahu yang lemah ini Cinta yang menyatukan serpihan hati yang hancur berkeping Cinta yang mengobati luka pada jiwa yang letih Rabb, cintaMu adalah kekuatanku Cinta yang slalu membuatku menegakkan wajah yang tertekuk Cinta yang memudahkan hati untuk memaafkan Cinta yang mampu meringankan ukiran senyum di bibir Dalam desahan nafasku, Kau kirim berjuta cinta yang tak terhingga Seperti deretan lampion di setiap ujung jalan yang menerangi langkahku Menghayutkan nestapa pada sungai waktu yang membawa pada muara masa lalu Rabb, aku butuh cintaMu, selalu, dan selamanya... Cinta yang bisa membeli semua cinta di jagat raya ini Juga atas cinta para penduduk langit Rabb, aku butuh cintamu, Cinta yang bisa membawaku terbang dan bangkit dalam k