Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2012

Kekosongan

Cerpen Hujan #2 (Sekuel: Biarkan Luka ini Hanyut Dalam Deras Hujan) Awan hitam menggantung di langit kotaku cukup lama, sampai akhirnya menurunkan jarum-jarum beningnya menderas. Aku berlari dan segera memburu emper toko sebagai tempatku berteduh. Aku segera menghapus tetesan air di hardcover ungu yang melapisi ratusan lembar kertas hvs. Jaket hitam yang biasa ku persiapkan sebelum hujan tak bersamaku, pagi tadi kakak perempuanku meminjamnya dan aku tak menduga jika hujan akan datang hari ini. Ku rapatkan tubuhku ke dinding toko menghindar dari tetesan air yang memburu tubuhku yang mulai basah, meski tidak kuyup. Ku peluk rapat tiga bundle kertas yang berjilid ungu itu dalam dadaku, berharap tetesan hujan tak sampai menyentuhnya. Hujan turun begitu derasnya menurunkan ribuan kubik airnya, seolah ia ingin menumpahkan semua pasukannya yang bersisa di langit. Hei, benarkah kau sedang marah padaku? " Lebet heula atuh neng? " panggil ibu pemilik toko itu. Seketika aku menoleh

Sebait Doa Kecil

Malam belum begitu larut saat aku dan ibu duduk membisu di ruang tengah. Kebisingan datang dari televisi kami yang menyiarkan acara yang ibu sukai, sebuah sinetron yang entah akan dibawa kemana ujungnya. Namun kali ini ibu malah sibuk melipat baju-baju baru yang beliau dapatkan dari putri ketiganya. Aku menghela nafas perlahan. "Tahun ini aku masih mendapat jatah baju baru dari kakak. Malah ibu pun turut membelikan." Ujarku. Ku lempar sebuah senyum padanya. "Tahun depan giliran aku membelikan baju untuk para keponakanku." tambahku dengan tawa cekikikan kecil seperti biasanya. Aku menanti... Biasanya sebuah do'a akan meluncur untukku sesuai pernyataan yang aku ujarkan. Aku berharap ibu mendoakanku agar aku segera mendapatkan pekerjaan ditempat yang terbaik.

Bahagia pun...

Ku lihat Hilya wajahnya tampak kuyu, duduk di samping jendela. "Kenapa dek? Kusut sekali..." "Semalem tidurku kurang nyenyak." Jawabnya sambil menguap. "Lho kenapa? bukannya proposal skripsimu sudah di acc?" "Benar mbak, ternyata terlalu bahagia juga bisa bikin tidur nggak nyenyak..." Glekk...

My Little Girl

Gadis kecil itu bukan darah daging Ia, tapi darah yang mengalir dalam tubuh kami nyaris sama. Gadis kecil ini memang tidak lahir dari rahim Ia, tapi Ia menyayanginya lebih dari anak-anak yang lain. Ia memperlakukannya seperti putri ia sendiri, meski ia belum pernah tahu dan merasakan bagaimana memiliki seorang anak. Gadis itu adalah keponakan bungsu (sementara) di keluarga ia. Namanya Retanatta El Syahidan. Sejak dia berumur enam bulan, ia sudah belajar memandikannya, menyuapinya bahkan meninabobokannya. Sejak bayi atta dititipkan kedua orang tuanya yang bekerja, di rumah ibu. Saat itu ia langsung terpikir memanfaatkannya untuk latihan parenting , latihan merawat bayi. Eh, yang terjadi Atta berhasil menghipnotisku, membuatku mencintainya.

Kepribadian Imam di Violet

[Just fun...!!] Hm... sob, tahu kan tentang empat kepribadian yang dicetuskan Hypocrates, kemudian dikembangkan oleh muridnya Gelenus, dan dipopulerkan oleh Florent Littaueur? Yups, itu lho yang Melankolis, Phegmatis, Sanguinis dan Koleris. Nah kalo belum tahu deskripsi jenis-jenis yang ia sebutkan diatas, search aja deh di mbah google, Insya Allah ada hehehe. Biasanya kalo anak-anak K-**nk tahu tuh, (bisikan dari seorang saudari hehe). Dulu, ia suka banget tentang teori itu, utamanya untuk mengenal orang yang baru ia kenal, tapi sebenarnya ia sendiri nggak mau ngelabeli diri ia dengan istilah itu. Bagi ia, setiap individu itu bisa menyeimbangkan empat karakter itu dalam dirinya, meski pembagiannya tidak sama rata. (boleh kan kalo ia berpendapat itu?? boleh ajalah ya... xixixi). Nah, terus? sekarang mau apa? Rencananya sih, ia lagi pengen nyoba menganalisis kepribadian orang dari cara mengimami sholat khususnya di kosan ia yang damai, tentram dan membahagiakan ini. Lha? bukannya

Percaya deh...

"Karena ini sudah darurat, Mbak pikir nggak apa-apa dek menghubunginya supaya semuanya jelas." Ujar Mbak Hanna menggebu-gebu. "Apa iya nggak apa-apa mbak?" tanyaku ragu. "Nggak usahlah mbak, malu-maluin mbak." "Nggak apa-apa dek. Percaya deh sama Mbak..." Ujar beliau lagi mantap diraih handphonenya yang beliau letakkan di atas rak bukunya. "Nggak usahlah mbak." bujukku. Ku tarik lengan gamis cokelatnya. Kali ini Mbak Hanna tak menggubrisnya, segera dibuka daftar nama di phonebook nya. Setelah beliau menemukan satu nama tak ragunya ditekan tombol "ok". Aku pasrah. Sedetik dua detik mbak Hanna menunggu panggilan masuk. Tak berapa lama sebuah suara terdengar, "Maaf, pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini. Silakan lakukan pengisian ulang." Glekk...

Gelap, Sunyi, dan Seberkas Cahaya

“ ...dan yang terpenting adalah hindari kebiasaan 3M kita, mengeluh, menyalahkan orang lain dan mencari pembenaran.” Potongan paragraf dari artikel sebuah situs Islami yang sedang aku baca. Aku tengah asyik berselancar di opera mini dengan si orchid, hape mungilku ketika kakak sulungku memanggilku. “Qis...” panggil bang Syamil. Aku menoleh ke arahnya yang kini sudah mahir menyetir jarak jauh, PP Bandung-Cirebon tanpa menginap di tempat tujuan. Bang Syamil melirik ke arahku sekilas lewat kaca spion kemudian ia melirik Mbak Hanna -yang duduk di jok depan di sampingnya tengah tertidur pulas- untuk memastikan istrinya yang baru ia nikahi sebulan itu benar-benar nyaman di tempatnya. “Ya Bang?” tanyaku. Ku letakkan handphone yang ku gunakan untuk internetan selama perjalanan dari Cirebon hingga kini mobil kami membelah jalanan Sumedang. “Adikmu kenapa tuh? Lagi ada masalah? sedari tadi ngelamun terus liatin jalanan.” Bang Syamil terkekeh, mata elangnya kembali tertumbu di spion ten