Skip to main content

Gadis Kecil di Pundak Sang Ayah

Suatu ketika aku membaca sebuah artikel tentang seorang ayah yang membawa putrinya pada bahunya tak lebih seperti membawa karung beras. Saat itu aku berpikir bahwa hal semacam itu hanya ada pada novel-novel klasik Indonesia. Akan tetapi asumsiku berubah saat, aku melihat hal mengejutkan dengan mata kepalaku sendiri. dan kunyatakan itu bukan Fiksi!!!

Siang itu mentari bersinar cukup terik. Aku tengah menikmati biografi orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan kurang atau bahkan bisa dikatakan tidak sukses, tapi mereka mampu menunjukan kesuksesan pada karirnya, yang tersaji dalam sebuah buku motivasi karya pak Isa Alamsyah di sebuah angkot yang melaju menuju kampusku tercinta. Emosiku tengah larut dengan bahan bacaan ketika tiba-tiba tubuhku terhempas akibat pak supir menginjak rem mendadak dan seorang penumpang lain memaki sikap ceroboh supir angkot yang menerobos lampu merah hampir menabrak pengendara motor.
Aku menghentikan aktivitas membacaku, ku tutup buku yang ada dalam genggamanku. Aku menebar pandanganku pada sebuah sampah botol bekas susu kemasan yang menggelinding kearahku, pada pengendara motor yang telah berlalu, dan pada ibu yang baru saja memaki si supir, pandanganku terhenti pada seorang bapak tua yang berdiri dipinggir jalan, di bahunya seorang anak perempuan terkulai lesu dengan mata terpejam dan menghadap langit, dengan kata lain dia tidur dalam keadaan terlentang dipundak sang ayah, seperti posisi membawa karung beras. Lantas si ayah membungkuk dan menarik anak perempuan lainnya lebih kecil dan meletakkan tubuh mungilnya dibahunya, diatas tubuh mungil sang kakak yang terkulai lesu seperti tak bertulang. Menumpuknya, ya seperti menumpuk dua karung beras dipundaknya. Dua atau tiga anak perempuan lainnya berjalan bersama sang ibu. Allah… pertanyaan yang timbul dipikiranku sama persis seperti ibu pembuat artikel yang menceritakan kejadian yang sama seperti aku lihat saat ini. Kenapa dengan gadis kecil yang terkulai itu? sakitkah dia?atau justru dia meninggal? kenapa dia diam? tidakkah dia merasa keberatan saat adiknya berada diatas tubuhnya?
Kejadian itu munguasai seisi otakku sepanjang sisa perjalanan menuju kampus. Menghapuskan minatku untuk kembali membuka buku dan menikmati isinya. menyisakan pertanyaan yang bersarang di kepalaku. Kenapa dengan anak itu? mau dibawa kemana mereka oleh orang tuanya? kenapa dia tak berkutik sama sekali seperti mayat?

Comments