Skip to main content

Sabana

Bismillah

Sinar jingga kemerahan dari balik bukit itu beringsut naik semakin tinggi semakin memucat, sinarnya memancarkan kehangatan kepada makhluk-makhlukNya, pada pohon yang mulai menunaskan daun-daun baru, pada bunga yang mulai masih kuncup dan mulai merekah, kepada kupu-kupu yang baru bangun dari tidur panjangnya dalam kepompong. Mencairkan sisa-sisa salju di atas rumput dan pepohonan. Burung-burungpun berkicau dengan riangnya. "Selamat datang musim semi." desisku.
Aku berdiri pada salah satu bukit diantara bukit-bukit lainnya yang berdiri anggun bagai gundukan-gundukan makam tanpa nisan. Sejauh mata memandang hanya terdapat hamparan rumput hijau bagai permadani yang cantik. Di barat sana kulihat gunung-gunung bediri angkuh dengan salju yang menyelimuti puncaknya. Kuda-kuda dan para biri-biri merumput sesuka hati mereka.
Sedangkan para penggembala asyik memainkan flute mereka dibawah pohon yang rindang tanpa ku mampu mendengarnya, sebab angin tak menyampaikan melodinya hingga ke telingaku. Di utara sana, di sebuah gubuk kecil seorang nenek tengah tekun dengan benang wol dan piranti merajut lainnya, dengan penuh cinta mulainya tangan tuanya merajut sebuah syal, sedangkan disampingnya sang suami tampak asyik menghirup coklat panas dalam cangkir putihnya yang sesekali dia taruh diatas meja dihadapannya. Tak jauh dari mereka berdiri seorang gadis bermata biru, bagian atas rambut pirangnya dia ikat, sisanya dia biarkan tergerai melambai-lambai di punggungnya sesuai ritme gerakannya. Sepotong gaun biru langit membalut tubuhnya. Di bahunya sebuah biola bertengger dan ia genggam dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya asyik mengayunkan penggeseknya ke atas dan ke bawah hingga terciptalah melodi "Canon" dari Mozart dilanjut dengan  "La musica de los dioses" yang menyanyat hatiku seiring dengan sayatan penggesek itu pada setiap senar biolanya. Pandangan mata birunya menatap kearahku kosong.
Aku masih berdiri ditempatku, pada salah satu bukit yang berbalut rumput hijau sendiri, menatap indahnya musim semi.

Oleh: Fathia Mohaddisa
Aliran : Naturalisme
Setting: Pagi hari, Musim semi, di Zurich Switzerland
Tokoh: Gadis yang berdiri di bukit, Penggembala, gadis pemain biola, sepasang kakek dan nenek



Comments