Skip to main content

Surat Cinta untuk Allah

Bismillah…
Kepada:
Allah yang tak pernah habis lautan cintaNya.

Rabb… aku malu walau hanya meminta setetes cintaMu yang mampu menyejukkanku
Karena, tanpa aku meminta Kau telah memberiku lautan cinta dan nikmat yang tak pernah surut…

Rabb, Kau tau apa yang terjadi dalam hati ini dan hatinya.
Jika Engkau mengkhendaki kami, niscaya itu akan menjadi kebahagiaan bagi kami.
Namun seberapa lama kebahagiaan itu akan bertahan ? seberapa banyak kami akan bisa bersyukur atas kebersamaan ini ? sampai usia kami tertutup? Atau hanya saat itu, saat ambisi telah direngkuh ? ambisi yang telah membuat kami melupakan cinta pada Rabbnya.
Cinta yang selama ini dirasakan, diimpikan dan dirindukan terkikis oleh waktu yang menghilangkan pesona keindahan dzahir. Lantas semuanya akan berlalu begitu saja ?

Jika Engkau tak menyatukan kami, dan mempertemukan kami dengan pasangan lain.
Rabb, tentulah akan ada dua orang lain yang terluka karena perbuatan kami ini.
Mampukah aku menatap wajah mujahid sejatiku ? atau hanya mampu menunduk saat dia menatapku dengan penuh cinta ? malu, malu, malu. Pastilah diri ini akan sangat malu untuk menatapnya. Jikalau aku balas menatapnya, tentulah akan menjadi tatapan kosong tak bermakna yang akan melukainya. Atau dia akan menemukan dalam tatapanku segala kebohongan isi hatiku, dan cinta untuk laki-laki lain.
Haruskah tatapan suci yang selama ini dia simpan hanya untukku, kubalas dengan pengkhianatan tersembunyi ?

Baginya, pasti ada hati seorang gadis yang terlukai karenanya. Mungkinkah gadis itu takkan terluka ? ketika dia tahu bahwa dihati suaminya yang terukir bukan namanya, tapi nama wanita lain. Cinta suci yang telah dipersiapkan bidadari itu untuknya, haruskah dia balas dengan kepahitan? Mampukah dia mengusap airmata yang menetes dipipi istrinya dengan kedua tangannya sendiri ? air mata yang dialah sebagai penyebabnya? disaat tangannya itu telah dia rindui untuk memnghapus air mata dari wanita lain yang tak ditaqdirkan untuk mendampinginya ? mampukah dia menatap mata bidadari polos itu ? disaat matanya telah ia gunakan untuk menatap wanita lain yang dirindukan sebagai penyejuk hatinya, yang justru kini menjadi penyejuk hati laki-laki lain ?

Rabb, cinta memang tak pernah salah. Bukan juga karena kami memulainya terlalu cepat sebelum waktunya. Hanya saja kami tak pandai mengontrolnya. Tak mampu membendungnya, dan ternodai oleh nafsu yang memperdaya kami.
Rabb, hanya cinta dan pengampunan yang kami rindukan padaMu saat ini.
Agar kelak, saat kami bersama, cintaMu akan semakin mengokohkan cinta kami sehingga semakin lama waktu bergulir cinta kami semakin kuat.
Adapun saat kau memilihkan yang lain untuk mendampingi sisa hidup kami, maka kami tidak akan melukai pasangan kami. Takkan ada rasa malu dan kemunafikan saat membalas tatapan mata itu…

Rabb, mungkin jalan ini tak mudah untuk kami lalui, tapi kami yakin bersamaMu jalan ini akan mampu kami lalui…
Karena kami hanya merindukan cintaMu, cintaMu yang tak boleh ternodai oleh nafsu yang membara…

Comments