Skip to main content

Hujan, Aku Tak Pernah Membencimu

Langit masih berselimut awan mendung yang menggantung. Rintikan gerimis lembut masih jatuh menetes di jilbab unguku. Angin yang menghembus udara beku menusuk hingga ke tulang. Zambrud piramid pun berdiri anggun dihadapanku, nampak segar dengan beberapa pohon yang menyisakan butiran-butiran air hujan pada daun dan batangnya. Beberapa benda cokelat dari biasan warna genting rumah terletak berjauhan. Anak-anak berlari dilapangan yang rumputnya telah gundul dengan bola di kakinya. Merpati-merpati putih, hitam dan cokelat itu terbang, saling berkejar-kejaran, sesekali hinggap di kabel listrik, sesekali hinggap di atap rumah, dan sesekali turun di rerumputan taman rumah. Semua kembali keluar setelah hujan deras pergi, setelah petir yang menjerit-jerit telah berlalu.
Hujan, aku tak pernah membencimu, meski aku marah setiap kali kau membawa petir bersamamu
Bukankah kau tahu, betapa kawanmu itu selalu membuatku takut?
Meski dia gagah, dan kilatan cahayanya indah, tapi aku tak pernah menginginkan kehadirannya...
Ku tatap langit, berangsur berubah dari putih kehitaman menjadi biru yang cerah, sejatinya dia pun turut bahagia bersama keceriaan anak-anak di lapangan itu.
Hujan, kau selalu bercerita banyak kisah, 
Kisah apalagi yang kau berikan padaku?
Aku akan setia mendengar...
Karena tawa dan tangisku larut bersamamu.



Sejauh-jauh mata memandang
Sedalam-dalam hati merasakan
Hanya setitik debu yang tertuang
Dalam syair pujian

Lepas hati memandang lautmu
Terheran diri pada langitmu
Berjuta kata tak cukup untuk
Melukis indahmu


* Taffakur by Opick

Comments

  1. Aku tau keindahan hujan itu,,
    Aku tau kehangatan kala bersama pada saat itu..
    tapi entah,,

    Aku masih takuuutt hujaannn!!!
    Sediihnya,, T_T

    ReplyDelete
  2. Hujan selalu punya kisah, melembutkan hati, membuat individu mendadak melankolis?

    Adakah sesuatu yang membuatmu takut pada ianya?
    Hanya petir, bagian hujan yang tak pernah aku sukai :)

    ReplyDelete

Post a Comment