Skip to main content

Kineruku

Jum'at siang, saat adzan berkumandang dan para kaum adam siap mendirikan sholat jum'at. Aku dan sahabatku berjalan menembus hujan yang tidak deras, tidak juga bisa dikatakan gerimis. Kami menyusuri jalanan becek, yang membasahi sepatu, kaos kaki dan ujung rokku. Aku kini bisa membuktikan bahwa semangatku tak bisa dihentikan, tak bisa dipadamkan hanya karena hujan justru sedang menebarkan rahmatNya. Tak peduli bahwa bermalas-malasan dikamar dengan selimut ataupun secangkir teh hangat itu lebih nikmat dibanding berjalan dibawah curah hujan yang membasahi jilbabku. Tekadku hanya satu, aku hanya ingin bergerak untuk menyelesaikan amanahku sebaik yang bisa aku lakukan.


Setelah menuruni angkot kalapa-ledeng di pertigaan SECAPA AD (sesuai dengan instruksi teman kami). kami pun mencari angkutan lain yang akan membawa kami ke tempat yang kami tuju. Rupanya kendaraan itu memang langka, tapi Alhamdulillah, kami tak harus menunggu lama, karena kendaraan itu akhirnya datang juga. "Rumah buku pak." Ucap kawanku, si sopir mengangguk, kami pun segera menaiki angkot itu. Angkutan yang kami naiki memang jauh berbeda seperti angkutan lain yang biasa kami tumpangi. Seperti petunjuk yang diberikan temanku, "Pokoknya nanti kalian naik angkot yang jelek banget." dan rupa-rupanya kawan kami itu tak berdusta.
Tempat duduknya seperti bangku yang dilapisi kain-kain berbulu, (seperti mainan anak-anak yang berbentuk binatang-binantang seperti singa, kuda dan lain sebagainya.)
Kami pun duduk dengan perasaan aneh, dan sahabatku langsung berseru, "C'est Bizzare!!!" atau dalam bahasa Indonesianya, "Aneh banget!" sambil tertawa-tawa, aku ikutan tertawa. Tentunya angkot ini lebih aneh daripada angkot keor jurusan Panorama-KPAD (Kalo anak UPI pasti tahu angkutan yang unik ini hehe).
Sekitar lima menit angkutanpun berhenti. Kawanku mangajakku turun, aku terheran "Sudah sampai kah?" temanku mengangguk.
"Mana?" tanyaku lagi setelah tarun dari angkot itu, aku menebar pandanganku ke sekitar dan aku tak menemukan sebuah bangunan atau rumah yang bertuliskan "Rumah Buku".
Temanku menunjuk sebuah rumah dihadapanku yang bertuliskan "Kinoreku".
"Itu, mungkin..." jawab kawanku. Kami menyebrangi jalan dan mendekatinya dengan hujan yang masih mengiringi dan udara dingin yang mulai menusuk ke tulangku.
Rumah itu teramat sepi, aku dan sahabatku sempat ragu untuk memasukinya. Di depan pintu terdapat sebuah loker yang bertuliskan "Titipkan tas, jaket dan helm disini"
Aku dan sahabatku saling bertatap, ada perasaan ragu merasuki benak kami, hingga akhirnya kami memutuskan untuk masuk.
Pemandangan pertama langsung disuguhi oleh tumpukan buku-buku. Disamping pintu terdapat meja resepsionis dengan beberapa orang yang sibuk bekerja. Ruangan ini ditata sedemikian artistiknya, mulai dari buku-buku yang lama hingga terbaru yang tersusun dalam rak buku dari batu bata, kursi-kursinya, hingga meja yang diatasnya tertata rapi botol-botol unik yang sudah kosong lengkap dengan gelas-gelasnya. Mesin tik antik diruang khusus film dan video, semuanya-semuanya tampak sangat artistik dan klasik. Hal itu membuatku dan sahabatku kembali bertatapan. Bahkan seorang karyawannya pun berpenampilan klasik.
Belum habis keheranan kami tentang tempat yang serasa membawa kami ke lorong waktu, tiba-tiba seorang karyawan diruangan lain memutar lagu Ruth Sahanaya tahun 90an...

"Huffttt... benar-benar seperti berada dizaman kapan gitu..." desisku pada sahabatku.

Sahabatku hanya tersenyum, rupanya dia sedang membaca buku antologi puisi Chairil Anwar cetakan lama.

Tjintaku Djauh di Pulau...













Comments

  1. Halo, kalau boleh tahu angkot yg dari Secapa AD ke Kineruku nama jurusannya apa ya?

    ReplyDelete

Post a Comment